(Foto : Google)

"Pengetahuan lebih baik daripada kekayaan, pengetahuan akan melindungimu, sedangkan kekayaan harus kamu lindungi." (Umar Bin Khatab)

Kedatangan corona banyak sekali memberi perubahan pada pola kehidupan di masyarakat. Segala aktivitas menjadi terbatas dengan penerapan beberapa protokol kesehatan. Hal tersebut juga melanda dunia pendidikan. Pembelajaran dengan sistem tatap muka secara langsung dengan peserta didik yang sehari-hari menjadi rutinitas di sekolah atau madrasah berubah menjadi pembelajaran daring atau sistem online yang dilakukan dari rumah saja.

Tidak terasa peserta didik yang “dirumahkan” sudah hampir 4 bulan menjalani pembelajaran dengan sistem daring ini. Pembelajaran yang menurut saya memang tidak efektif bagi pendidikan dasar, menengah maupun tingkat atas. Karena memang secara kesiapan, sama sekali pola pendidikan semacam ini belum terlatih sejak dini.

Peserta didik bolehlah sudah mengenal internet sejak bayi. Akan tetapi mereka belum bisa memahami urgensi fungsi internet. Yang mereka tahu, internet untuk game, menonton You Tube atau sekedar eksistensi diri lewat IG atau FB. Untuk menggunakan internet sebagai media belajar, atau sarana pembelajaran secara online masih belum maksimal.

Sebagai contoh, seorang peserta didik saya untuk masuk web ujian CBT PAT beberapa waktu lalu. Secara handphonenya sudah mumpuni, dan selalu terlihat eksis dengan  elegan di media sosial. Namun ketika masuk web yang kala itu kami password agar aman, memasuki web katanya tidak bisa, dan akhirnya menyerah. Miris sekali mendapat laporan seperti itu. mungkin hanya sebagian kecil contoh peserta didik yang masih belum melek teknologi atau meminjam istilah teman saya tingkat brainware-nya.

Selain itu kebiasaan tidak mau membaca juga menjadi faktor mengapa mereka tidak berhasil menguasai teknologi. Gerakan literasi yang digaungkan dimana-mana, masih banyak peserta didik yang kurang begitu greget. Coba ditawari konser musik, langsung memacu adrenalin mereka, ups..

Oleh karena itu hal ini harusnya menjadi catatan penting bagi dunia pendidikan, bahwa untuk memasuki abad 21 yang nantinya kita akan belajar Era 4.0, perlu menyiapkan dahulu SDM yang melek IT. Penggunaan internet di segala bidang harusnya di dukung dan difasilitasi benar-benar oleh pemerintah.

Saya bermimpi pemerintah kita seperti Korea Selatan, yang memfasilitasi warganya dengan internet yang kecepatan koneksinya mencapai 112,77 megabyte per detik (data Oktober lalu, sumber : databoks, 2019). Dengan begitu mau tidak mau seluruh lapisan masyarakat akan melek internet. Utamanya bagi pemuda jaman now, kaum millenial sebagai agent of change untuk kemajuan bangsa ini.

Tentunya memang hal ini tidak mudah, banyak hal yang harus dipersiapkan pemerintah dengan matang, tidak hanya merubah-rubah kurikulum dengan secepat-cepatnya dan semaunya. Dukungan kita terhadap literasi pun juga harus dimaksimalkan. Kita latih peserta didik untuk membiasakan membaca, dan menulis. Kita ingat sebuah ayat yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11). So, mari kita lakukan perubahan dari hal-hal kecil yang kita mulai dari diri sendiri dan kita tularkan kepada peserta didik kita. Salam sehat selalu, salam literasi dan semangat menginspirasi!


#Magetan, 26 Juni 2020