Sejarah telah mencatat nama Muhammad Al Fatih sebagai
sosok pahlwan besar Islam. Seorang pemuda yang berhasil menaklukkan
Konstantinopel di Romawi Timur pada usia 25 tahun. Sesuai dengan namanya Al
Fatih yang artinya adalah Sang Penakluk. Muhammad Al Fatih adalah putra dari
Sultan Murad II. Walaupun terlahir sebagai seorang anak Sultan, Al Fatih tidak
hidup dalam kemanjaan kedua orang tuanya. Al Fatih sudah dipersiapkan sejak
dini oleh ayahnya untuk menjadi pemimpin. Beliau adalah seorang anak yang cerdas.
Sejak kecil sudah menghafalkan Al Quran 30 juz, mempelajari hadits-hadits,
mempelajari ilmu fiqih, matematika, ilmu falaq dan strategi perang.
Tak
heran jika Muhammad Al Fatih diangkat menjadi Sultan pada usia yang masih
sangat belia yaitu 12 tahun. Al Fatih terkenal sebagai pemimpin yang shaleh.
Semasa hidupnya, beliau tidak pernah meninggalkan shalat fardu, shalat sunnah,
shalat tahajud dan berpuasa. Seorang pemimpin yang mempunyai kepakaran di
bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa.
Keberadaan
Al Fatih sudah diprediksi Rasullah SAW dalam sabdanya : “Kota konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang
menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di
komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (H.R Ahmad bin Hanbal Al Musnad
4/335)
Kisahnya
sangat fenomenal. Sebelum melakukan penyerangan ke Konstantinopel, Al Fatih
memerintahkan semua tentaranya untuk berpuasa di siang hari dan shalat Tahajud
di malam harinya sebelum berperang untuk meminta kemenangan kepada Allah SWT.
Strategi perang yang sulit diterima akal sehat. Al Fatih menukar darat menjadi
laut dan melayarkan kapal di puncak gunung. Penaklukan konstantinopel sekaligus
sebagai penanda abad pertengahan telah berakhir.
Dari
kisah Al Fatih yang sangat heroik tersebut, mungkin bisa menjadi teladan bagi
pemuda-pemudi Millenium. Selain keilmuan pengetahuan, hendaknya juga berbekal skill atau kemampuan, dan juga
kesholehannya. Saya teringat percakapan kemarin dengan seorang wali siswa yang
meminta surat mutasi untuk putrinya yang memiliki keterbatasan untuk
berkomunikasi. Beliau memindahkan putrinya ke SMK agar nantinya memiliki
ketrampilan. Dengan harapan di masa depan untuk bisa berkarya secara mandiri. Jika
orang-orang dengan kekurangan saja mampu berkarya, mengapa kita yang normal
tidak melebihi mereka?
Untukmu pemuda pemudi, mari dalam kondisi pandemi yang
engkau rasakan menjenuhkan dirumah, bisa kalian isi dengan mengasah skill kalian. Bukan berkeluh kesah,
meratapi dan mengutuk kondisi yang memprihatinkan ini. Selama Ramadhan gunakan
waktumu walau di rumah saja dengan memperbanyak tilawah atau aktivitas
positif lainnya.
Salam sehat, tetap
semangat, tetap belajar dengan tetap #DiRumahAja.
Magetan, 28 April 2020



0 Comments