"Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah"
- Ki Hajar Dewantara-

Pandemi Covid-19 menyisakan banyak kisah unik dan warna warni dalam kehidupan kita sekarang. Hal ini pun terjadi juga di dunia pendidikan. Masa siswa "dirumahkan" masih diperpanjang kembali sampai batas waktu yang belum ditentukan. Tentunya hal ini akan menambah banyak kisah seru. Atau sudah mulai terbiasa dengan kondisi libur panjang seperti ini? 

Beberapa waktu lalu saya membeli buku "Mengajar Daring Belajar Caring. Buku edisi 2 hasil Project Nubar Guru se_Indonesia yang berisi kisah para guru mengaja dari rumah selama pandemi covid-19. Benar-benar suka dukanya campur jadi satu. Mengingat Indonesia yang berbeda-beda letak geografis. berbeda karakter siswa dan berbeda budaya.

Banyak kendala memang yang dihadapi guru dan siswa ketika pembelajaran daring diadakan seperti sekarang. Namun satu hal yang dapat dipetik dari kisah teman-teman guru se-Indonesia, bahwa dalam kondisi yang sangat tidak memungkinkan daring pun, para guru tetap semangat dan berusaha bagaimana caranya agar mereka tetap bisa berinteraksi belajar dengan para siswa. Bahkan di daerah Sumenep seorang guru menjadi viral karena harus rela mendatangi siswanya satu per satu ke rumah karena tidak mempunyai media yang bisa dijadikan sarana media online. 

Tulisan teman-teman guru di buku Nubar edisi 2 pun juga beragam. Mulai dari tingkat kesulitan sinyal, kesulitan mengkondisikan siswa yang masih gaptek dan masih banyak yang lain. Bahkan para guru ada yang harus "ngelus dada" karena komentar yang dilontarkan orang bahwa enak guru libur, makan gaji buta. Saya cukup geli juga dengan kalimat tersebut. Walaupun saya memang tidak mendengar langsung. Akan tetapi hal itu cukup menarik perhatian saya juga. Dan perlunya klarifikasi dengan adanya ujaran tersebut. 

Memang selama libur fisik kami dirumah, akan tetapi otak kita harus berpikir keras bagaimana caranya agar selama dirumah kami tetap bisa mengajar. Menurut himbauan pemerintah, para siswa tidak diperbolehkan mengerjakan tugas yang berat. Secara jika pelajaran saya seperti Fisika dan Kimia saya terapkan mengerjakan soal, pastinya anak-anak sudah stress duluan., hehe. Oleh karena itu penugasan pun kadang jauh dari materi yang ada, seperti pembuatan poster corona bahkan sampai membuat puisi. 

Banyak sekali memang suka duka pembelajaran online ini. Akan tetapi banyak hikmah yang bisa kita petik dari daring selama pandemi. Mungkin tanpa kita sadari, dengan daring ini kita para guru lebih banyak waktu untuk berkutat dengan teknologi yang dapat meningkatkan skill guru. Seperti yang kami lakukan di Madrasah kami, sebentar lagi akan mengadakan Ujian CBT online. Jika selama ini berada di madrasah, namun kali ini mengerjakan CBT dari rumah saja. 

Jadi selama kami libur pun tugas kami sebagai guru juga tidak libur. Pemberlakuan piket pun juga masih diberlakukan untuk tetap menunaikan tugas sebagai guru. Walaupun siswanya memang belajar di rumah.

Banyak hikmah memang yang bisa kita pelajari dari daring selama corona ini. Semoga kita tidak terlena seperti kata Bapak Kepala Madrasah kami dengan WFH yang masih akan terus berlangsung hingga batas waktu yang belum bisa ditentukan.

Semoga kita masih bisa berpikir positif dan tetap semangat, tidak putus asa walaupun keadaan seperti ini tidak mudah. Mari bersama-sama tetap menjaga diri dan lingkungan terus berdoa agar pandemi ini segera berakhir. Aamiin.

Magetan, 30 Mei 2020.