Quotes keren dari Sayyidina Ali, seorang sahabat Rasul sekaligus menantu Rasullullah ini sangat mendaging banget buat semua orang. Dari goresan pena saat itulah Sayyidina Ali banyak menuliskan quotes-quotes keren yang sering menjadi bahan motivasi dan inspirasi banyak orang. 
Semenjak digaungkan kampanye literasi di Indonesia, banyak sekali lahir karya-karya anak bangsa, entah melalui buku, koran, majalah atau bahkan media sosial. Event-event lomba cipta puisi, menulis cerpen semakin meramaikan adanya literasi di negara kita ini. Dan antusias teman-teman yang hobi menulis pun juga tak kalah ramai dengan ajang literasi yang diselenggarakan.

Termotivasi dari dua senior saya yang tak lain dan tak bukan juga dua kakak kandung saya, yang terus mengkompori dan akhirnya saya kepanasan juga untuk belajar menjadi penulis pemula. Banyak sudah karya tulisan mereka di muat di beberapa media massa dan media online, bahkan keduanya sudah menetaskan buku baik secara pribadi maupun keroyokan dengan teman-teman sesama penulis. Bukan hanya sekedar hobi memang, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi mereka karena status PNS, menuntut untuk dapat menambah angka kredit dengan menghasilkan karya yaitu buku.

Dari mereka pulalah saya bisa melihat bahwa tidak semua penulis harus berasal dari jurusan Sastra Bahasa. Kakak saya berasal dari jurusan Matematika dan Fisika. Dan itu pulalah yang juga menginspirasi saya untuk berniat dan berminat menulis walaupun bahasa yang saya gunakan dalam tulisan masih belum sebagus penulis-penulis senior di luar sana.

Saya juga pernah "ngiri" dengan mantan siswa saya yang sekarang kuliah di Jogja. Semasa menjadi siswa saya, tidak pernah terlihat bakat menulisnya. Akan tetapi ketika dia sudah menjadi mahasiswa, melalui FB atau status-status WA-nya saya jadi tahu ternyata jago juga menulis.Dan itu juga yang menginspirasi saya harus bisa menulis. Entah tulisan saya dibaca orang lain atau tidak, tetap akan saya tulis.

Laksana tulisan di atas pasir yang sebentar saja ombak datang, maka lenyap pulalah tulisannya. Begitu juga dengan ilmu yang kita cari, kita dapatkan dan kita terapkan, akan lenyap juga saat kita tidak mengikatnya dalam tulisan. Ilmu apa saja, baik itu agama, sosial, sains atau yang lainnya. Saya teringat semasa SMA, setiap mata pelajaran apapun guru saya selalu menyuruh kami untuk mencatat. Dan tidak tanggung-tanggung catatan Biologi, Kimia, Fisika saya sampai tiga buku besar yang akhirnya saya jepret jadi satu agar tidak terpisah. Sampai saat ini masih saya simpan, hehe. Dan memang benar, ilmu yang diberikan guru saya pun tidak hilang. Saat saya mengajar, saya masih membuka kembali buku catatan ilmu tersebut untuk referensi saat di buku atau mbah google tidak saya temukan.

Banyak karya-karya besar yang berasal dari tulisan. Bahkan Quran dan kitab-kitab lainnya juga diikat dengan goresan pena. Seandainya waktu itu tidak ada Zaid bin Tsabit yang menulis Quran, maka sampai saat ini kita tidak akan mengenal Tuhan dan kisah-kisah hebat di dalamnya. Atau bila Tere Liye hanya bercerita dan berkisah di depan khalayak, maka tidak akan ada kisah-kisah seperti Hujan atau Tentang Kamu yang membuat kita termehek-mehek membacanya.

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah"- Pramoedya Ananta Toer. Jadi mari kita budayakan menulis. Entah itu emak-emak menulis daftar belanjaan, atau para siswa menulis tugas, atau siapa sajalah. Siapa tahu dari sekian tulisanmu, ada salah satu yang memberi inspirasi bagi orang lain. 

Salam literasi. Tetap semangat di tengah pandemi dan selamat menunaikan ibadah puasa hari ke-19 dengan tetap #DiRumahAja

Magetan, 19 Ramadhan 1441 H